Gibran, Anies, hingga Ganjar: Siapa yang Akan Jadi Kunci di Pemilu 2029?


Menjelang Pemilu 2029, arah politik Indonesia diprediksi akan bergantung pada satu keputusan penting: apakah Presiden Prabowo Subianto akan kembali mencalonkan diri untuk periode kedua atau memilih untuk tidak maju.

Analis politik Selamat Ginting menilai, pilihan Prabowo ini akan menjadi titik awal terbentuknya tiga poros kekuatan besar yang siap bersaing memperebutkan kursi kepemimpinan nasional. Menurutnya, dinamika politik lima tahun mendatang akan sangat cair, karena partai-partai cenderung fleksibel dalam menentukan langkah sesuai peluang yang paling menguntungkan.


Poros Pertama: Koalisi Petahana yang Rawan Retak

Poros utama tentu masih berada di lingkaran kekuasaan saat ini. Nasib koalisi petahana akan sangat ditentukan oleh keputusan Prabowo.

Jika Prabowo memutuskan maju kembali, ada kemungkinan ia mendapat desakan dari Presiden Jokowi untuk tetap menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan. Namun, langkah ini berpotensi menimbulkan friksi internal. Partai koalisi seperti Golkar atau PAN memiliki kepentingan untuk mendorong kadernya sendiri sehingga bisa saja menolak jika Gibran kembali dipasangkan.

Skenario menjadi semakin rumit jika Prabowo tidak maju. Menurut Ginting, kubu Jokowi kemungkinan besar akan mendorong Gibran sebagai capres. Tetapi ia meragukan Gerindra maupun partai besar lainnya mau ikut dalam skenario ini. Jika benar terjadi, Gibran berisiko hanya didukung oleh PSI dan akan sulit membentuk kekuatan besar.


Poros Kedua: PDIP Sebagai Oposisi Solid

Di sisi lain, PDI Perjuangan diprediksi akan bangkit dengan posisi baru: oposisi. Menurut Ginting, PDIP akan menjadikan isu “mengembalikan marwah konstitusi dan demokrasi” sebagai narasi utama, sekaligus kritik terhadap manuver politik keluarga Jokowi.

Dari poros ini, nama Puan Maharani maupun Ganjar Pranowo berpotensi muncul sebagai capres. Untuk memperkuat basis massa, terutama di kalangan Nahdliyin, kemungkinan mereka akan menggandeng tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU).


Poros Ketiga: Islam Moderat sebagai Penentu

Poros terakhir diperkirakan lahir dari kekuatan partai-partai berbasis Islam moderat. PKS, Nasdem, serta kemungkinan PKB atau PAN (jika keluar dari koalisi petahana) bisa menjadi poros baru dengan daya tawar tinggi.

Nama Anies Baswedan dan Erick Thohir disebut-sebut sebagai kandidat yang bisa diusung dari poros ini. Meski begitu, Ginting menilai poros ini berpotensi menghadapi perpecahan internal karena kepentingan yang beragam. Walau demikian, posisi mereka tetap krusial dalam menentukan arah koalisi besar.


NU dan Swing Party Jadi Penentu Peta Koalisi

Ginting menegaskan bahwa NU tetap akan menjadi king maker yang diperebutkan oleh semua poros. Di sisi lain, partai-partai pragmatis seperti Golkar dan PKB akan berperan sebagai swing party, yakni kekuatan yang bisa berpindah haluan sesuai kalkulasi politik.

Artinya, konfigurasi menuju Pemilu 2029 masih sangat cair dan penuh ketidakpastian. Satu hal yang jelas, keputusan Prabowo akan menjadi faktor paling menentukan dalam membentuk arah politik nasional lima tahun mendatang.

sumber: konteks