Roy Suryo Bongkar Dugaan Ijazah Gibran Bermasalah: Urutan Pendidikan Terbalik, Wapres Bisa Gugur!


Pakar telematika sekaligus mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo, mendatangi kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI pada Selasa (23/9/2025).

Roy tidak datang sendirian. Ia didampingi oleh ahli digital forensik Rismon Hasiholan Sianipar serta sejumlah aktivis untuk mengawal isu terkait ijazah Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka.

Pertanyakan Legalitas Surat Keterangan Ijazah Gibran

Roy mengungkap bahwa tujuan kedatangannya adalah memastikan keabsahan ijazah Gibran. Ia berharap bisa bertemu langsung dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Abdul Mu'ti, M.Ed, guna membahas dugaan ketidakabsahan dokumen tersebut.

Menurut Roy, dokumen yang dimiliki Gibran hanya berupa surat keterangan, bukan surat keputusan yang sah secara hukum.

“Kami meminta ketegasan dari Menteri Abdul Mu’ti. Kalau memang surat ini tidak sah, otomatis pencalonan wapres pun gugur,” tegas Roy, dikutip dari YouTube KompasTV.

Ia menambahkan, perbedaan antara surat keterangan dan surat keputusan sangat signifikan. Surat keterangan tidak bisa dijadikan dasar hukum, sehingga syarat pencalonan Gibran disebut cacat formil.

Data Pendidikan Gibran Dinilai Terbalik

Selain soal dokumen, Roy juga menyoroti urutan riwayat pendidikan Gibran yang dianggap terbalik.

Menurutnya, Gibran sempat tercatat mengikuti program Insearch di University of Technology Sydney (UTS), Australia. Namun, program ini sebenarnya hanya berupa kursus atau program matrikulasi, bukan setara dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Saya sudah berulang kali menjelaskan di berbagai forum. Urutan pendidikan Gibran memang tertukar. Program yang sifatnya hanya pathway malah disetarakan dengan SMA,” jelas Roy.

Ia bahkan menyebut, data pendidikan Gibran yang terbalik itu masih bisa ditemukan di situs resmi Kementerian Sekretariat Negara RI.

Roy mencontohkan, Gibran tercatat menempuh pendidikan di Orchid Park Secondary School, Singapura (setara SMP), lalu langsung melompat ke MDIS, Singapura (2004–2007, setara S1), kemudian baru ke UTS Australia (2007–2010, disebut setara SMA).

“Artinya, pencatatan urutan sekolah Gibran tidak runtut. Kalau urutan pendidikan saja sudah keliru, maka legitimasi pencalonannya patut dipertanyakan,” ujarnya.

Menunggu Arahan Mendikdasmen

Roy menegaskan kedatangannya ke Kemendikdasmen bukan untuk menyerang pribadi, melainkan ingin meluruskan persoalan data pendidikan Gibran.

Sayangnya, ia gagal bertemu Mendikdasmen Prof. Abdul Mu’ti, karena sang menteri sedang kunjungan kerja di Bandung.

Meski demikian, Roy tetap mengapresiasi respons Abdul Mu’ti yang langsung memberikan klarifikasi lewat pesan pribadi.

“Menteri sangat sopan dan halus bahasanya. Beliau menyampaikan permohonan maaf tidak bisa hadir. Jadi, sekarang kami menunggu arahan lebih lanjut,” tutur Roy.

Dengan demikian, tindak lanjut mengenai dugaan keabsahan ijazah Wapres Gibran masih menunggu sikap resmi dari Kemendikdasmen.

Sumber: tribunnews