Tak Tulus? Reza Indragiri Sebut Tim Reformasi Polri Dibentuk Gara-Gara Agenda Prabowo
Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengungkap keraguannya atas pembentukan Tim Transformasi Reformasi Polri oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Menurut Reza, inisiatif itu bukan lahir dari kesadaran internal Polri, melainkan sekadar reaksi defensif terhadap agenda reformasi yang sebelumnya sudah dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Program Presisi Berakhir, Polri Tanpa Agenda Baru
Reza menyoroti bahwa program andalan Kapolri, yakni Presisi dengan 8 komitmen dan 16 program prioritas, telah berakhir pada Desember 2024.
Namun setelah itu, hingga September 2025 atau selama sembilan bulan, tidak ada agenda prioritas baru yang diumumkan Polri.
“Babak bonus berarti apa? Seolah-olah dari Desember sampai sekarang Kapolri tidak punya komitmen, tidak punya program prioritas, tidak ada agenda,” ujar Reza dalam tayangan YouTube Hendri Satrio Official, Jumat (26/9/2025).
Kondisi “vakum agenda” inilah yang membuatnya semakin curiga.
Hanya Respon, Bukan Inisiatif?
Reza menilai pembentukan tim reformasi internal yang tiba-tiba muncul setelah Presiden mengumumkan agenda serupa, menunjukkan bahwa langkah itu hanyalah respon spontan.
“Saya memperkirakan tim transformasi reformasi Polri ini dibentuk memang lebih sebagai sebuah respon atau reaksi tepatnya atas narasi eksternal. Apa itu? Narasi tim reformasi Polri oleh Presiden,” ungkapnya.
Ia bahkan menyebut kondisi tersebut bisa memunculkan gesekan antara tim internal Polri dan tim bentukan Istana.
Khawatir Terulang Konflik Era Gus Dur
Reza pun mengingatkan kemungkinan terulangnya sejarah saat era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di mana pernah terjadi dualisme kepemimpinan antara Kapolri Bimantoro (representasi internal Polri/Trunojoyo) dengan Khairuddin Ismail (representasi Istana).
“Langsunglah kita berprasangka buruk. Jangan-jangan tim transformasi reformasi Polri ini akan bersikap resisten terhadap tim reformasi Polri bentukan Presiden,” pungkasnya.
Sumber: konteks